CELOTEH AWAL TAHUN
Mungkin bagi anda sedikit terlambat bagi saya menulis tetang hal ini, namun bagi saya tidak ada kata terlambat apalagi hanya untuk sebuah tulisan yg berisi celoteh-celoteh saya di awal tahun. Toh ini masih di sepertiga awal bulan januari. Hehee
Ijinkan saya curhat sedikit (padahal gk dikit) tentang perasaan dan rencana-rencana saya tentang tahun 2015. Sekalian mengingat-ingat kembali apa-apa saja yg sudah saya alami di tahun sebelumnya.
Tahun 2014, tahun dimana saya menyandang usia pertama saya dengan angka dua didepannya. Usia yang katanya menentukan sukses tidaknya saya di tahun-tahun menua mendatang. Alhamdulillah, semua berjalan sesuai kehendak Allah, meski tidak sepenuhnya sesuai rencana saya.
Biasanya yg saya lakukan di awal tahun seperti ini adalah membuat ceklis apa-apa saja yang harus saya selesaikan di tahun ini. Sembari menengok kembali ceklis tahun lalu, bila ada yg belum terealisasi harus segera saya masukkan ke ceklis tahun ini. Hampir menangis saya melihat ceklis saya di tahun 2014. Begitu banyak yang ingin saya raih, banyak sekali yg saya mau. Namun hanya beberapa yang bisa saya wujudkan. Mengingat awal tahun kemarin, semangat saya lagi tinggi-tingginya, pola pikir saya masih kurang realistis. Mungkin masih terpengaruh dengan fiksi-fiksi yang gemar saya baca.
Saya salin beberapa ceklis itu kemudian saya masukkan ke ceklis saya tahun ini. Berharap Allah memberi kesempatan bagi saya untuk mewujudkan semuanya.
Sebenarnya berhasil tidaknya saya di tahun kemaren bukan hanya diukur dari seberapa banyak tanda centang pada ceklis saya, bukan dari sebanyak apa buku yang saya baca tahun itu, atau semamapu apa saya menceritakan ke orang lain tentang cita2 dan tujuan saya. BUKAN.. Bukan itu parameternya.
Kata ibu saya, berhasil tidaknya kamu, bisa kamu nilai dari perubahan yang kamu buat di tahun itu (semakin cintakah kamu dengan Rabb-mu dan Kekasih-Nya? semakin pahamkah kamu tentang agamamu? sudah bermanfaatkah kamu bagi yang lain? sudah sedalam apa kamu mencoba mengerti apa yg orang lain rasakan?)... ibu saya amat pandai bila bicara tentang perasaan. Hahaa.. sebenarnya masih banyak yang bisa di nilai, Cuma saya lupa, jadi tidak saya tulis semua..
2014, banyak yang saya alami di tahun ini, Saya punya lingkungan kerja yang baru, bahkan teman2 baru (bukan berarti melupakan yang lama).. Saya belajar banyak hal, pun saya kehilangan banyak hal.. ada beberapa point penting yang saya cetak miring, garis bawahi, dengan font tebal. Ceilah.. kurang lebih seperti itu. Hehee
Di tahun itu, Allah atur perjumpaan saya dengan beberapa orang yang berpengaruh dalam hidup saya, saya berjumpa dengan teman yang benar2 teman, saya juga bertemu dengan teman yang di luar konteksnya hanya sebagai kenalan.. saya dipertemukan dengan banyak jenis watak, yang awalnya saya beranggapan bahwa suku dan tempat asal tidak mempengaruhi watak seseorang, ternyata salah, saya beranggapan bahwa watak dan tabiat itu bawaan pribadi org masing2. Bukan karena dia berasal dari daerah mana, bukan karena dia keturunan suku apa. Tapi, setelah saya bertemu dengan beberapa di antara mereka, saya mencoba untuk mengenal dan ternyata, sebagian besar mematahkan pemikiran saya.. memang benar tidak semua orang dari suku ini berwatak seperti itu, tapi nyatanya, sebagian besar memang begitu, tidak bisa di jadikan acuan, tapi kenyataan berkata demikian.
Saya bersyukur Allah letakkan saya di posisi itu pada waktu itu. (apasih).. intinya, saya senang bisa mengenal banyak orang dengan masing-masing sifat dan tabiat uniknya. Saya jadi punya banyak refrensi. Hehee.
Hingga akhirnya saya menemukan beberapa pribadi yang saya rasa cocok untuk saya jadikan teman sejati. Anda paham bukan maksud saya? Teman sejati... iya teman yg lebih dari sekedar teman, orang2 biasa sebutnya sahabat. Saya sih agak gimana gitu kalau sebut sahabat, aneh rasanya..
Dengan mereka, saya mencoba sharing hampir segala hal, saya ajak bertukar opini, berdiskusi, memperkuat komunikasi, memberi perhatian lebih (sebagai seorang teman loh yaa).. banyak hal yang saya pelajari dalam bergaul dengan mereka.. memang kadang ada cekcok dan konflik, tapi kami anggap itu sebagai bumbu atau pemanis atau zat aditif lainya... hahaa
Sampai pada titik dimana saya memahami bahwa tidak bisa selamanya kami sedekat ini, tidak mungkin selamanya akan seerat ini, akan ada saat dimana salah satunya lebih dahulu menemukan jalannya yang jelas berbeda, akan ada saat dimana yg satu sudah sibuk dengan istri, anak dan pekerjaannya. Hingga tidak bisa selalu menerima ajakan meski hanya untuk sekedar makan di luar dan berdiskusi ringan.
Saya paham hal itu kala salah satu sudah mulai mencoba mencari pasangan. disitu saya sadar, saya hanya bagian potongan kecil dari hidup sahabat saya yang lain, saya hanya salah satu pengisi dari potongan perjalan hidup mereka. Maka, di tahun 2015 nanti, saya memutuskan juga mencari jalan saya sendiri. Mungkin saya juga sudah waktunya mencari teman hidup saya. Teman yang nanti akan bersama saya membuat ceklis tahunan dan mewujudkannya bersama. (nah loh, mulai dah bahas itu... ahhhh. Lupakan).
Saya juga mengalami beberapa masa yang sulit, di tahun sebelumnya, saya mengambil keputusan besar yang mungkin akan saya sesali.. Saya memutuskan untuk berhenti kuliah dan mencoba peruntungan dengan melamar pekerjaan. Berpikir bahwa sekolah nanti bisa saya lanjutkan setelah bekerja. Nahh, di saat sudah sibuk dengan pekerjaan, saya hampir lupa dengan komitmen saya dulu, hampir saja. In Shaa Allah tahun ini saya akn melanjutkan pendidikan lagi. Doakan saya.
Itu salah satu dari rentetan ceklis yang saya salin dari tahun sebelumnya.. Ada kalimat yang menggelitik dan sedikit membuat saya merasa tersindir.. kalimatnya seperti ini “Resolusi 2015 adalah menyelesaikan resolusi 2014 yang isinya adalah rencana tahun 2013 yang mana rencana tersebut dibuat tahun 2012” ... persis seperti kisah saya bukan? Saya peroleh kalimat ini dari gambar meme di sosial media. Malu saya sebenarnya.
Selain itu kesulitan-kesulitan yang lain juga silih berganti, mulai dari kesulitan mengatur keuangan, kesulitan membagi waktu antara untuk pekerjaan, untuk keluarga, untuk agama, bahkan untuk diri saya sendiri. Ada lagi nih cobaan yang lumayan menyakitkan, senior senior saya mulai senang membully soal nikah. Tiap ketemu pura2 nanya kabar saya, tau taunya nanya kabar istri dan anak saya, padahal kan saya belum nikah, di sosial media saya juga sering di ledekin, dikatain bujang lapuk lah, apalah, padahal saya baru 2 tahun yang lalu lulus sekolah, hahaaa. Saya paham itu semua candaan. Tapi tetap saja, di bully terus menerus soal menikah, membuat saya mulai memikirkannya, apa sebaiknya saya menikah di usia muda ya? Pertanyaan itu yang masih menggantung di kepala saya. Hingga saat ini...
Kan kan kan, bicara soal nikah lagi, ahhh.. Masih banyak yang ingin saya raih sebelum itu.. masih banyak kota yang ingin saya kunjungi, masih banyak hal yang harus saya pelajari, masih banyak tempat yg ingin saya jamah bersama sahabat-sahabat saya.. Menjadi imam bagi seorang wanita, terlebih bagi sebuah keluarga, itu bukan hal sepele yg bisa di persiapkan secara instan.. Bukan hanya secara fisik dan finansial saja, tapi juga persiapan psikologis-psikologis yang memang harus sudah benar, mengingat saya ini masih sedikit labil, terkadang untuk beberapa hal masih sangat emosional.. sadar nih saya.. cieee..
Kembali soal ceklis tahunan, kali ini saya usung dengan sedikit perbedaan dari tahun sebelumnya, dengan gambaran yang lebih tertata dan realistis,lengkap dengan mapping yang lebih struktural. Jadi programnya bukan hanya di buat tahunan, tapi punya gambaran jelas untuk sepanjang hidup, nah hanya saja saya buat detailnya di ceklis tahunan tadi.. ini lebih efektif ketimbang kamu hanya punya gambaran yg kamu simpan dalam angan.. akan berbeda jika kamu tuangkan ini di selembar kertas, kemudian kamu pajang di dinding dan langit-langit kamarmu.. Ceilehh.. saya yakin dengan bantuan Allah segala hal menjadi mungkin, hanya saja tidak mungkin bagi saya memasukkan itu ke dalam rencana tahunan saya.. Sebab itu di luar control saya.
Terserah, mau di katain alay atau apa, tapi seperti ini saya menjaga semangat hidup saya. Perhatikan mereka yang hidup tanpa tujuan, tidak punya apa-apa sebagai pegangan, dia hidup hanya pasrah dengan arus dan alur yg bisa membawa mereka kemana saja, tidak punya ambisi sama sekali bahkan untuk mengatur, menata hidup mereka sendiri.
Lanjut... Malam pergantian tahun kemarin, saya memilih untuk tidak keluyuran seperti teman-teman sebaya saya yang lain, saya memilih tinggal dirumah, bersama ibu saya, menyaksikan program televisi dengan beberapa kudapan yang ibu beli sore hari sebelumnya.
Memilih untuk melewatkan detik-detik perhitungan mundur pergantian tahun.. memilih untuk tidur lebih awal. Tepat jam 22.00 WITA, saya masuk kamar dan beristirahat. Meski saya tahu besoknya adalah hari libur. Bangun di sepertiga malam dan menjalin mesra dengan-Nya saya rasa lebih penting ketimbang begadang Cuma untuk meniup trompet.
Siapapun berharap perubahan dan hal baik terjadi di tahun ini, termasuk saya. Semua kesenangan, kesulitan, keragu-raguan, kecemasan, dan hal-hal lain yang terjadi di tahun sebelumnya... selalu ada hikmah, ibrah, dan pelajaran yang bisa dipetik.. tidak peduli apakah itu melukai dan menyulitkanmu di awal kemunculannya..
Doa saya, agar saya, ibu, dan keluarga saya, juga anda diberi kesehatan oleh Allah, di beri kesempatan untuk mewujudkan harapan dan keinginan di tahun ini, punya kesempatan untuk memberi tanda centang di setiap daftar yang kita tuliskan.. Aamiin.. dan untuk kalian yang tak putus doanya, tentang apa saja, hati dan lisan saya, dengan syahdu kan meng-amin-kan setiap doa yang kalian gantungkan, kan memohon kebaikan dan keberkahan atas langkah yg kalian putuskan. In shaa Allah
Firman jafar
Ruang kerja, 5 Januari 2015
Firman Jafar
Kamis, 08 Januari 2015
Sabtu, 07 Juni 2014
Hikmah Penolakan
Jika diurutkan ke belakang, alur hidup kita sungguhlah asik
untuk dikisahkan. Mulai dari Tempat dan waktu yang sudah di singgahi,
orang-orang yang Allah atur jumpanya denganmu, sampai pada ujian-ujian yang
membuatmu bisa seperti sekarang. Tanpa di sadari, begitu banyak bukti cinta
Allah yang ditunjukkan kepada kita, hanya saja kadang hal itu terhijab dengan
hati kita yang sudah terlanjur kotor oleh dosa dan maksiat.
Ingat kembali seperti apa perjalananmu hingga sampai pada
pijakanmu sekarang, bagaimana Allah menyusun alur-alur itu dengan indah dan
tepat. Akan saya kisahkan alur hidup yang sudah Allah buatkan untuk saya.
Saya adalah si bungsu dari 4 bersaudara. Menganal ayah hanya
7 tahun dalam hidup saya. Beliau wafat di tahun 2002. Berawal dari itu, ibu membesarkan
kami dengan upayanya sendiri. yang menjadi prioritas adalah pendidikan dan
agama kami. Paham dengan kondisi ekonomi keluarga saat itu, saya dan
saudara-saudara yang lain berupaya untuk tidak membuat beliau repot dengan
biaya sekolah kami, alhasil dengan prestasi akademik yang baik, saya selalu
menjadi salah satu penerima beasiswa dari pemerintah daerah sampai saya lulus
dari bangku SMK. Saya juga selalu menyandang predikat pertama selama 6 Semester
di bangku SMK. Di SMKN1 Bontang, saya menemukan tujuan hidup hamba Allah yang
sebenarnya, di sekolah itu juga saya bertemu dengan sahabat2 shalih dan jalan
dakwah. Mengikuti forum study islam di sekolah membuat rasa ingin tahu saya
semakin besar tentang islam. Membuat semakin kokoh saja cinta saya kepada Allah
dan agamaNya. Bisa di bilang saya juga adalah murid yang paling rajin bertanya
tentang informasi beasiswa kepada guru-guru di sekolah.
Merasa yakin dengan prestasi akademik saya, akhirnya saya
mengikuti program Beasiswa kuliah PT Pupuk Kaltim, berharap saya bisa
melanjutkan pendidikan sesuai minat saya. Mulai dari sini Allah menunjukkan
bentuk cintaNya, usaha dan kerja keras saya mengejar pelajaran SMA, akhirnya
harus menjadi mentah karena saya tidak lulus dalam jalur undangan maupun SNMPTN
sebagai syarat untuk memperoleh beasiswa itu. Sempat kecewa namun Kemudian saya
memutuskan untuk kembali mencoba di tahun selanjutnya. Selama setahun banyak
yang alami, terutama penolakan-penolakan yang membuat saya paham bahwa hidup
tidak akan selalu menjawab “Ia” terhadap hal yang kamu inginkan walau usahamu
sudah maksimal. Ini membuat saya justru semakin sering berkomunikasi dengan
Allah, baik dalam shalat maupun doa-doa yang saya ukir setiap sepertiga malam.
Selama setahun saya juga mencoba melamar pekerjaan di
perusahaan-perusahaan besar seperti PT PLN, PT Pertamina, Pt Total E&P,
bahkan sampai ke Tambang emas PT Free Port. Kekecewaan semakin berlipat ketika
saya harus gagal di semua perusahaan itu pada bagian tes yang sama, medical
check up, kita semua tau bahwa itu adalah bagian tes paling akhir. Kembali berfikir,
mungkin kuliah memang adalah jalan saya. Saya kembali mencoba SNMPTN pada tahun
itu, saya akhirnya menjadi mahasiswa Psikologi di universitas Mulawarman,
Samarinda.
Selang satu semester, ibu saya memberi kabar bahwa
perusahaan pupuk di tempat tinggal kami membuka lowongan pekerjaan
besar-besaran, siapa yang tidak mengenal PT Pupuk Kaltim? Perusahaan pupuk
terbesar di Indonesia. Iseng mencoba dan saya lolos. Memohaon petunjuk kepada
Allah, dan akhirnya pilihan saya jatuh pada perusahaan itu.
Yang menjadi point besarnya adalah, saya pernah ada di
posisi dimana saya tidak memegang keduanya (Kuliah dan Bekerja), tapi dalam
waktu yang singkat Allah membuat keduanya ada di genggaman saya. Khusnudzan,
saya beranggapan bahwa Allah mencintai saya, ia menunjukkan itu dengan cara
yang amat jelas, betapa bodoh dan jahatnya saya bila tidak menyadari itu.
Mungkin anda juga sedang dalam kondisi sedih karena
penolakan. Tapi yakin saja, Allah adalah satu-satunya tempat dimana kamu tidak
akan di tolak. Dia juga satu-satunya yang bisa membuat kamu menjadi diterima
dan memiliki apapun. Bersyukur adalah bentuk cintamu padaNya. Ikhtiar adalah
pembuktian bahwa kamu tidak menjadi lemah hanya karena penolakan yg terjadi
kemarin. Semakin di uji, haruslah semakin baik komunikasimu dengan Allah. Semoga
bermanfaat.
Al Mahabbah (Kecintaan)
Selamat datang di blog ana, sebelumnya ana memohon maaf atas segala keterbatasan di blog ini. Pada tulisan perdana ini, kita akan sedikit membahas tentang Mahabbah atau kecintaan. Selamat membaca, semoga bermanfaat.
"Dan
diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah."
(Al
Baqarah [2]: 165)
Seorang
yang beriman sejak memproklamirkan bahwa tiada ilah (ilah dapat berma'na 'yang
dicintai') selain Allah dan beriltizam (commit) sepenuh daya akan proklamasi
diri ini, maka Allah telah ditempatkan dan menempati tiang tertinggi cintanya.
Mahabbatullah (cinta akan Allah) memenuhi seluruh rongga dada dan merah
hatinya. Dari sanalah diturunkan rasa cinta kepada RasulNya, orang-orang
beriman, sanak keluarga dan para kerabat.
Rasa
cinta itu demikian bersangatan, AMAT SANGAT, mengalahkan cintanya kepada anak
dan istri, perniagaan yang dikhawatirkan kerugiannya. Cinta, harap dan takut
kepada Rabb Yang meciptakan dirinya, yang memberinya rizki dan
pertolongan.
Dalam
sebuah dialog antara seorang sufi; yakni Abu Said al khazraz dengan seorang
Awam akan terlihat dalamnya 'cinta' dan paduannya dengan 'takut'.
Awam
: alangkah baiknya cara tarekatmu, sayangnya engkau mengingkari 'cinta'
itu.
Abu
Said : sekali-kali aku tak bermaksud begitu
Awam
: apakah engkau mencintai Tuhanmu ?
Abu
Said : ya
Awam
: mengapa engkau merasa takut kalau Dia tidak mencintaimu, sedang engkau
mencintaiNya ?
Abu
Said : aku cinta karena ni'mat, karunia dan ma'rifatNya yg demikian besar telah
aku terima. Namun aku banyak melakukan kesalahan-kesalahan dan dosa, aku takut
Dia tidak mencintaiku karena kesalahan-kesalahan itu.
Cinta
muncul karena kesadaran telah menerima anugerah yang besar dari Allah,
kedalaman pemahaman betapa rasa kasih-sayang Allah melingkupi detik-detik
kehidupan kita, dan ma'rifatullah (mengenal Allah). Lalu rasa takut cinta tak
diterimaNya akan menambah-nambah rasa cinta itu. Sehingga seorang mu'min amat
sangat cintanya kepada Allah dan hasrat yang besar untuk bertemu dengan-
Nya.
Refleksi
cinta adalah tunduk-patuh, menurut, taat akan perintah Allah dan menjauhkan
segala laranganNya. Mahabbatullah tidak cukup sekedar di mulut lalu menyepi,
menyendiri dan hanya melaksanakan ibadah mahdoh (khusus) belaka tanpa melihat
kondisi kaum Muslimin yang merealitas. Rasa cinta kepada Allah tidak cukup
dengan hanya menjadi seorang abid (akhli ibadah) dan lari dari kenyataan yang
menimpa kaum Muslimin. Tak cukup dengan beribadah sendirian lalu ingin masuk
surga sendirian. Mahabbatullah bukanlah melulu dengan dzikir lisan sampai ludah
penuh membasahi tikar dan mengeringkan tenggorok, lalu mengaku wahdattul wujud
(bersatu dengan Allah) atau mengaku menjadi Allah. Rasa cinta kepada Allah
tidak cukup dengan itu semua, sama sekali tidak cukup, apalagi di saat kaum
Muslimin tertindas, hak-haknya terampas, dipermalukan dan dihinakan.
Rasa
cinta yang benar adalah sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, tauhiddul
uswah, dijalankan oleh generasi terbaik umat ini, para awwalun Muslimin. Rasa
cinta yang meresap pada setiap gerak bibir, yang membasah dalam setiap tetes
keringat, yang mengental dalam setiap merah darah tubuh yang terluka, yang
mengendap bersama ruhhul jihad, yang memancar bersama denting pedang, helaan
tali kekang kuda, dan luncuran anak panah. Rasa cinta yg merealitas, rasa cinta
yang mewujud dan bukan sekedar angan-angan egoisme dalam penyendirian. Rasa
cinta yang muncul dari segenap daya dan bukan melulu kata-kata dan sebatas
kata-kata percintaan sufistik.
Cinta
akan Allah mewujud dalam upaya menegakkan kalimatNya, membangun qiyadah
(kepemimpinan) yang memuliakanNya, membangun kesatuan yang mengangkat izzah
(kebanggaan) kaum Muslimin, merebut kembali hak-hak kaum Muslimin yang
terampas, membebaskan negeri-negeri Muslim yang terjajah, membebaskan
penyembahan manusia atas mamanusia, penyembahan manusia atas materi dan
kekuasaan, pemyembahan manusia atas nafsu syahwat lalu mengukuhkan tugas suci
sebagai khalifah fil ardh, memainkan peran untuk memberi rakhmattan lil
'alamiin. Mahabbatullah mestilah mengambil bentuk dalam amal jama'i, amar
ma'ruf nahi munkar.
Inilah
cinta kepadaNya, cinta yang hidup, cinta yang mewujud, cinta yang realistis,
cinta yang mengental dalam akhlaq islami, cinta yang dicontohkan oleh manusia
teladan, Muhammad SAW.
"Hendaklah
kalian mencintai Allah karena Dia memelihara kalian dengan ni'mat-ni'matNya.
Dan cintailah aku demi cintamu kepada Allah. Dan cintailah akhli rumahku demi
cintamu kepadaku." (H.R. At Tirmidzi, Al Hakim dari ibnu Abbas)
Ketika
Hijrah, Rasulullah berjalan bersama Abu bakar r.a, berdua dalam pengejaran
pembunuh bayaran kaum Quraish. Allah menyelamatkan keduanya di gua Tsur. Ketika
malam tiba, Abu bakar merobek pakaiannya untuk alas tidur Rasulullah. Maka
Rasulullah tertidur dengan pulas dalam pangkuan Abu bakar. Meski terasa pegal
tak digerakkan juga badannya, khawatir mengganggu tidur Rasulullah. Sampai kala
jengking menyengat kakinya. Sengatannya demikian perih dan mengucurkan darah
segar pada kaki Abu bakar, namun tak juga digerakan badannya, sampai akhirnya
Abu bakar yang kokoh, tegar, dan gagah mengucurkan air mata karena perihnya
luka. Rasulullah terbangun karena hangat air mata Abu bakar menetes dan
membasahi badan beliau. Terkejutlah beliau manakala melihat kaki yang terluka
disengat kala jengking. Dengan izin Allah akhirnya luka itu sembuh setelah
diobati Rasulullah. Seorang yang beriman sejak memproklamirkan bahwa tiada ilah
('yang dicintai') selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah, maka rasa cinta
kepada Allah mengambil bentuk awal berupa rasa cinta kepada Rasulullah.
Mahabbaturrasul (cinta kepada rasul) ini berujud "sami'na wa
atha'ana" (dengar dan taat) pada perintah rasul, berendah hati,
mendahulukan, melindungi, dan kasih-sayang kepada beliau.
Generasi
terbaik ummat ini mencontohkan betapa mahabbaturrasul bukan hanya terbatas pada
salam dan salawat, namun juga membentengi Rasulullah dari mara bahaya dalam
banyak peperangan, tampil membela islam dari hinaan orang-orang yang suka
menghina serta celaan dari orang-orang yang suka mencela. Bagi mereka mencintai
Rasul bukan lagi sebuah perintah, tapi sesuatu yang memang telah ada di dalam
dada mereka, dalam merah darah mereka, dalam setiap kebersamaan mereka bersama
Rasulullah dan mengikuti petunjuk-petunjuknya. Bagi mereka rasa cinta kepada
Rasulullah adalah hal yang otomatis setelah mereka mengakui islam dan
membaiatnya. Dan ini mewujud dalam pembuktian baik ketika periode Makkah maupun
Madinah.
Mahabbaturrasul
muncul dari keikhlasan dan ketulusan syar'i, rasa-sayang yang Allah tumbuhkan,
yang tak dapat ditumbuhkan manusia meski dibelanjakan seluruh kekayaan yang
meliputi dunia. Rasa sayang yang melebihi rasa sayang terhadap bapak-bapak,
anakanak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang
diusahakan, perniagaan yang dikhawatiri kerugiannya, rumahrumah yang disukai.
Bahkan rasa sayang yang melebihi rasa sayang kepada diri sendiri.
Itulah
mahabbaturrasul yang men-sibgha (mewarnai) hati Abu bakar r.a. Mendahulukan,
melindungi, dan tak membangunkan tidur Rasulullah, meski kakinya tersengat kala
jengking yang berbisa. Rasa cinta yang muncul karena iman dan islam diterima
melalui perantaraan beliau. Karena melalui beliaulah jalan yang diridhai Allah
dapat dititi, karena perantaraannya lah difahami firman Allah Al Qur'an.
"
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa diantara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum; yang Allah mencintai
mereka dan mereka mencintaiNya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang
yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di
jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka
mencela." (Al Maaidah: 54)
Urutan
cinta seorang Muslim sejati, setelah mahabbatullah (cinta kepada Allah), dan
mahabbaturrasul (cinta kepada rasul) adalah mahabbah kepada orang-orang yang beriman.
Rasa cinta yang Rasulullah dalam sebuah sabdanya melukiskan;
"Perumpamaan
kaum mu'minin dalam cinta-kasih dan rakhmat hati, mereka bagaikan satu badan.
Apabila satu anggota menderita, maka menjalarlah penderitaan itu ke seluruh
badan hingga tidak dapat tidur dan panas" (H.R Bukhari dan Muslim)
Rasa
cinta yang demikian besar, yang muncul atas ni'mat Allah (Ali Imran: 103).
karena Allah lah yang telah mempersatukan hati orang-orang yang beriman, yang
tanpaNya niscaya meski dengan semua kekayaan yang ada di bumi tak akan dapat
dipersatukan hati-hati itu (Al Anfal:63).
Bagi
orang yang beriman rasa cinta kasih muncul dari kesadaran, bahwa mereka telah
berikrar menolak semua ilah kecuali Allah. Mereka mempunyai ghayyah (tujuan)
yang sama; ikut, takut, dan cinta kepada Allah yang sama, Tuhan semesta alam.
Merekapun mengakui Muhammad bin Abdullah sebagai Rasulullah, uswatun khasanah,
tauhiddul uswah. Mereka hanya mempunyai satu contoh utama dalam pengabdiannya
kepada Allah, yakni Nabi Terakhir, Muhammad SAW, uswah yang sama.
Dalam
mengarungi hidup ini seorang yang beriman memiliki pedoman hidup, jalan hidup
yang sama, kompas yang akan menyelamatkannya dari ketersesatan di belukar
ideologi manusiawi ; yakni dienul Islam. Mereka memiliki kitab petunjuk yg
sama, yang darinya furqon diperoleh. Mereka adalah satu, satu ummah, dan bahkan
dalam setiap harinya mereka shalat menghadap arah yang sama; Ka'bah di Makkah
al Mukarromah.
Itulah
unsur-unsur kesamaan yang mengikat jiwa seorang Muslim, yang menyatukan pijakan
dan meluruskan tashawwur (pandangan). Sehingga memunculkan kesamaan jati diri,
kesamaan syaksyiyah (kepribadian), dan kesamaan sejarah di masa lampau.
Kesadaran
akan kesamaan sejarah adalah modal besar bagi tumbuhnya keterikatan masa lalu,
keterikatan di masa kini, dan keterikatan di masa depan. Kesamaan sejarah
adalah kesamaan tawa dan tangis, kesamaan keringat dan air mata, kesamaan
cerita diri, kesamaan kenangan. Kesamaan sejarah akan membangkitkan nostalgia
yang sama, kerinduan yang sama, dan harapan-harapan di masa depan yang sama.
Dan ini akan mengental dalam cita-cita kolektif yang sama, kesamaan fikir dan
gerak.
Beranjak
dari kesadaran sejarah itu dan misi yang diemban sebagai khalifah fil ardh
untuk menyebarkan rakhmatan lil 'alamiin, tak ada cita-cita lain dari seorang
yang beriman selain ukhuwah islamiyah, kesatuan ummat dalam aqidah yang lurus,
kesatuan ummat dalam qiadah islamiah (kepemimpinan islam), yang darinya
negeri-negeri islam yang terampas dikembalikan, yang darinya izzah (kebanggaan)
sebagai seorang Muslim ditegakkan, yang darinya kemuliaan islam dipancarkan, di
dalamnya peraturan Allah dan RasulNya ditegakkan, sehingga tidak ada lagi
fitnah (penyembahan manusia terhadap selain Allah) di muka bumi dan semua
penyembahan dikembalikan hanya kepada Allah, Allah lah Rabb sekalian alam,
Allah lah Tuhan sekalian manusia yang jiwa kita ada ditanganNya. Inilah
cita-cita seorang Muslim sejati, cita-cita kolektif di masa depan.
Kesamaan
jati-diri, kesamaan aqidah, kesamaan amanah yang digenggam, kesamaan sejarah,
kesamaan misi. Maka inilah cinta diantara orang-orang yang beriman.
Langganan:
Postingan (Atom)